Wakatobi, SultraNET. | Keluarga Berencana atau yang disingkat KB, tidak lagi menjadi istilah yang asing bagi seluruh keluarga diseantero Wilayah republik Indonesia.
Dua anak lebih baik kemudian simbolkan dengan salam dua jari tidak henti hentinya disosialisasikan oleh Instansi terkait ke daerah-daerah pedesaan yang miskin, padat penduduk, kurang memiliki akses kesehatan, terpencil, pesisir, serta daerah yang peserta KBnya masih rendah.
Bukan hanya itu, Pemerintah juga telah membuat program Kampung KB agar masyarakat dapat terlibat secara langsung dalam Kesatuan Gerak Pembinaan Kependudukan, Keluarga Berencana dan pembangunan keluarga-kesehatan (KKBPK-Kes) dengan melibatkan Penggerak PKK di daerah tersebut.
Namun dalam prosesnya, tidak jarang KB menjadi momok yangg menakutkan bagi kelaurga yang belum mengetahui manfaatnya.
Ketua tim penilai lomba penggerak PKK-KKBPK Sulawesi tenggara, Maswati Majid saat mengunjungi desa Longa Kabupaten Wakatobi mengatakan KB yang dicanangkan pemerintah adalah upaya untuk mengendalikan tingkat penduduk agar tercapai masyarakat yang sejahtera.
“terlalu sering melahirkan akan terjadi komplikasi kehamilan persalinan dan masa nifas. yang paling umum terjadi adalah pendarahan dan kercunan hamil. biasanya kalau lagi darah tinggi kemudian hamil akibatnya bisa kejang kejang dan keluar busa pada mulut Ibu” terangnya.
Selain itu, pengangan Gizi terhadap anak juga merupakan alasan diadakannya program keluarga berencana.
“bagaimana bayi bisa diatasi gizinya, baru umur satu satun ibu sudah hamil lagi” ucapnya.
“untuk bisa bisa mendapatkan hasil KB yang maksimal, Kelurga harus mengikuti proser yang benar dengan program metode kontrsepsi jangka panjang” tutupnya (midin).