JAKARTA, SultraNET. | Lingkar Kajian Kehutanan (Link) Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) menggelar aksi unjuk rasa di beberapa tempat di Jakarta, Ibu Kota Negara Republik Indonesia dengan tuntutan utama meminta Pemerintah menghentikan aktivitas dua perusahaan asal China yakni PT Virtue Dragon Nikel Industri (VDNI) dan PT OSS di kawasan mega industri Morosi, Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara karena dinilai memberikan dampak negatif terhadap keberlangsungan hidup masyarakat sekitar, Rabu (8/12/2021) .
Saat menyampaikan orasi di Kantor Kementerian Investasi-RI Ketua Umum Link Sultra. Muh. Andriansyah Husen, mengatakan pihaknya bakal terus mengawal perjuangan masyarakat Konawe dan Konawe Utara, agar terbebas dari teror kejahatan lingkungan oleh PT VDNI dan PT OSS.
Ia menuding, investasi dua perusahaan asing tersebut dapat membawa petaka bagi masyarakat di bumi anoa, disamping itu berbagai kejahatan lingkungan terus meneror masyarakat, mulai dari wabah penyakit ISPA akibat debu batu bara hingga hilangnya mata pencaharian warga sekitar lingkar tambang.
“Link Sultra mendesak Pemerintah Republik Indonesia melalui Kementerian Investasi agar segera menghentikan segala aktivitas PT VDNI dan PT OSS,” ujar Muh. Andriansyah Husen.
Lebih lanjut ia menjelaskan, pada prinsipnya pihaknya tidak pernah menolak investasi untuk masuk ke daerah, namun ketika investasi tersebut memberikan dampak buruk kepada masyarakat, maka pihaknya akan selalu menjadi garda terdepan untuk melawan kejahatan tersebut.
“Pemerintah seharusnya berpihak kepada masyarakat lokal, karena itu adalah amanah UU. Jangan malah memihak kepada investor asing yang hanya meraup keuntungan dari potensi Sumber Daya Alam (SDA) yang dimiliki bangsa kita,” tegas aktivis yang populer dengan sapaan Binggo itu.
Lebih lanjut, Ia meminta Pemerintah RI agar dengan masuknya investasi asing tak lantas mengorbankan keberlangsungan hidup warga lokal, tak hanya itu ia mendesak Kedutaan Besar (Kedubes) China segera menarik populasi rakyat China dari bumi anoa.
“Kami juga mendesak agar populasi Rakyat China segera angkat kaki dari bumi anoa,” pintanya.
Aksi demonstrasi di Kantor Kedubes China nyaris ricuh, karena tak ada satu pun perwakilan Kedubes China yang menemui demonstran. Sehingga masa aksi memaksa untuk masuk ke dalam, namun dihalang aparat kepolisian. Akibatnya masa aksi dan aparat kepolisian saling dorong dan nyaris bentrok.
Kemudian, Link Sultra melanjutkan aksi demonstrasi di Kantor PT VDNIP di kawasan Bursa Efek Indonesia (BEI) SCBD. Sayangnya, tak ada satu pun pimpinan PT. VDNIP yang bersedia menemui masa aksi. (rls/Link)